Welcome to Aryadventure, moga-moga dapat meng-influence semangat Nature Lover di kehidupan kita. . !

Minggu, 12 September 2010

Feel the Piece of Nature in Gede


                                                                         Anggota tim :
Arya - Ponti
Dafi - Eupeung
Dafid - Sukiman
Alam - Alay
Ryan - Kobokan
Syaibach - BangkeUni - Rasang
Mila - Betet
Yana 1 - Lehi
Yana 2 - Risol
Nurmadiah - Bucil
Mima - Bolor



Perjalanan Mandiri. Bersama teman-teman MPCA Lawalata IPB yang saat itu masi berjumlah 12 orang, kita melaksanakan Perjalanan Mandiri ke gunung Gede.Kalo boleh dikata, Perjalanan Mandiri ini adalah kegiatan wajib yang harus dilakuin sama kita kita yang masih junior di Lawalata IPB.

Pengawasan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) ini cukup ketat. Sebelum pendakian, kita mengurus Simaksi sebagai tiket masuk kawasan TNGGP. Kita sempat singgah juga ke pos pertama dimana ada pengecekan ulang oleh petugas TNGGP. Kita sempet deg-degan juga waktu ditanya ada berapa mie instan yang kita bawa. Pasalnya kita tidak tahu persis ada berapa yang kita bawa. Petugas TNGGP tersebut mengatakan kalau saat sudah turun terdapat jumlah bungkus mie instan yang kurang dari yang telah dibawa sebelumnya, maka pendaki tersebut dapat hukuman untuk mengambil lagi bungkus mie instan yang tertinggal di atas. Yang jelas kita ga mau donk kejadian seperti itu menimpa kita. hoho..


Untuk mendaki ke gunung Gede bisa melewati tiga jalur, yaitu 
1. Jalur Gunung Putri
2. Jalur Cibodas
3. Jalur Selabintana

Kita memilih jalur Gunung Putri sebagai jalur pendakian sedangkan Jalur Cibodas kita pilih saat kita turun nanti. Prediksi waktunya untuk mendaki melewati Gunung Putri hingga tiba di alun-alun Suryakencana akan menghabiskan waktu selama 5 jam. Kita berangkat dari pos pengawasan sekitar pukul 21.00. Dengan mengandalkan lampu senter, kita dapat melihat bahwa awal pendakian melewati area perkebunan hortikultura milik warga. Awal pendakian tidak tanggung-tanggung langsung bermedan menanjak. Dilanjutkan dengan memasuki pepohonan yang semakin jarang. Udara dingin mulai menusuk. Angin juga berhembus cukup kencang dan kering bahkan menimbulkan suara gemuruh. Sempat waktu sedikit istirahat dan duduk tiba-tiba bulu kuduk berdiri karena suara angin tersebut seperti membawa badai dari kejauhan dan seakan-akan mendekat. Kita pun melanjutkan pendakian malam. Dengan berpijak pada akar-akar pohon yang menjalar dan berpegang batang pohon tua yang besar, kita mendaki pelan-pelan tapi pasti. Untungnya saat itu langit cerah dan sinar bulan membantu lampu senter kami untuk menerangi selama perjalanan. Tanah gunung Gede juga kering tidak becek berlumpur seperti gunung Salak. Cuma ya itu, memilih jalur Gunung Putri berarti rela melewati tanjakan-tanjakan yang cukup melelahkan. Semangat anggota tim sangat diperlukan untuk memompa motivasi. Apalagi Bolor, anggota tim MPCA kambuh maag nya. Sesaat minta berhenti untuk istirahat karena benar-benar tidak kuat. Ada pula Betet anggota yang lain terkadang kakinya kambuh sakit. Meskipun fisik terkadang tidak mampu untuk menjangkau waktu, namun semangat untuk maju ke atas tetap ada. Alun-alun Suryakencana tempat istirahat kita sebentar lagi sampai. Dan ternyata benar dengan ditandai area yang lebih lapang dan pohon-pohon besar berkurang tergantikan pohon-pohon kerdil milik Edelweis.
Keputusasaan yang tadinya melanda kini telah tiada. Rasa pegal dan dingin menusuk tulang sekarang menyerang tubuh yang lelah. Kita pun memutuskan istirahat di alun-alun Suryakencana, membangun bivak dari ponco, bikin api, memasak air untuk minuman hangat, dan bersiap untuk tidur. Cewek cowok campur ga peduli. Yang namanya pecinta alam semua saudara, udah ga kepikiran gue cewek dan lo cowok. Uda ga sempet mikir perkara kaya begono. Slamet dan sehat aja uda sukur kok. hehe...


Paginya, bbrrrr... udara dingin banggeeet..
Ini mah gilak, tidur udah empet-empetan satu sama lain, jaket uda dobel-dobel, pake sarung, saling pelukan, tetep aja dinginnya minta ampun. Apalagi angin dari ujung alun-alun sana dengan curangnya menerjang kita yang kedinginan kaya gini. Tapi mau ga mau kita harus bangun, sholat subuh, dan bersiap jalan ke puncak. Pagi itu kita cukup tercengang oleh keindahan panorama alun-alun Suryakencana. Matahari yang mulai naik dan menghangatkan badan membantu memberi cahaya keindahan padang edelweis yang luasnya konon 20 kali lapangan sepak bola. Bagus banget gilak, biar kita waktu kesana lagi ga musim berbunga tapi ga mengurangi keindahan lukisan Ilahi. Saking sakralnya bunga Edelweis di gunung Gede ini ada larangan bagi pendaki dilarang memetik bunga edelweis ini. Cukup mengabadikannya dalam bentuk gambar atau tulisan aja.

Perjalanan ke puncak diprediksi sekitar satu setengah jam dari camp kita. Tim melewati padang edelweis di Alun-alun Suryakencana sekitar dua kilometer. Sejauh mata memandang terlihat padang yang sangat luas. Di sisi kanan dan kiri terdapat punggungan berisi pepohonan nan hijau. Selain itu sepanjang jalan tetap diiringi ribuan pohon bunga edelweis. Untuk Summit Attack, kita harus meninggalkan padang rumput dan memasuki area pepohonan yang lebih rapat. Tanahnya pun cukup berbatu. Pepohonan dan bebatuan tempat kita berpijak juga ditumbuhi oleh lumut hijau yang tebal. Di perjalanan yang menanjak itu jika kita menengok ke belakang terlihat daratan tanah Sunda yang terhampar luas di bawah sana. Tidak seperti mendaki gunung lainnya, selama Summit Attack di gunung Gede tidak terasa lelah karena kita ditemani oleh tumbuhan dan panorama yang indah. Seakan-akan mereka berbisik kepada kita untuk terus semangat menuju puncak.

 


 








Ternyata benar, puncak gunung Gede kita raih. Untuk pertama kalinya aku tiba di puncak Gunung Gede yang memiliki jalur pendakian paling tua ini. Dari puncak dapat terlihat Gunung Pangrango sebagai saudara kembar Gunung Gede, kawah belerang, dan  daratan Jawa Barat. Daerah puncak Gede ini berkerikil dan sangat rawan terperosok ke bawah. Maka tidak heran jika terdapat palang sebagai pagar pembatas gunung ini.

Ahhh... menurutku emang Gunung Gede adalah salah satu gunung dengan panorama yang mantaabs. Ga nyesel cape-cape naik gunung ke Gede. Apalagi saat turun melewati jalur Cibodas terdapat objek-objek yang menarik seperti tanjakan setan, sumber air panas, dan air terjun Cibereum.

Pokoknya bagi yang ngaku adventurer, keindahan alami dari gunung Gede wajib dicoba.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar